Green Suply Chain Management

Ketika suatu perusahaan berusaha untuk mencapai keberlanjutan (sustainability) dalam aspek lingkungan, manajemen harus memperluas usaha mereka untuk meningkatkan praktik yang berhubungan dengan lingkungan di sepanjang supply chain. Maka dari itu, diperlukan dilakukannya green supply chain management. Green supply chain management (GSCM) merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan konsep lingkungan ke dalam manajemen rantai pasok (SCM). Berkembangnya supply chain management (SCM) menjadi green supply chain management (GSCM) didorong oleh kerusakan lingkungan yang semakin parah dan kekurangan sumber daya alam (SDA).

Seiring berjalannya waktu, yaitu pada tahun 1960-1970an, konsumen mulai khawatir akan peningkatan degradasi lingkungan, dimana hal tersebut mendorong pembetukan gerakan lingkungan seperti United States Environmental Protection Agency. Pembentukan gerakan lingkungan tersebut diikuti dengan penegakan peraturan yang menekankan seluruh pihak dalam rantai pasok untuk juga harus memperhatikan aspek lingkungan dalam pelaksanaan rantai pasok. Standar kinerja lingkungan juga dipertimbangkan dalam pedoman kontrak pemilihan mitra rantai pasok. 

GSCM dapat dinyatakan sebagai pembelian yang raman lingkungan, proses manufaktur yang ramah lingkungan, pengelolaan material, distribusi dan pemasaran yang ramah lingkungan dan reverse logistic ;
1. Perancangan yang ramah lingkungan (green design)
Perancangan produk yang ramah lingkungan merupakan perancangan produk atau jasa yang mendorong kesadaran lingkungan. Ruang lingkup perancangan yang ramah lingkungan meliputi banyak disiplin, mencakup pengelolaan resiko lingkungan, keamanan produk, kesehatan dan keamanan yang berkaitan dengan pekerjaan, pencegahan polusi, konservasi sumber daya, dan pengelolaan limbah.

2. Proses manufaktur yang ramah lingkungan (green manufacture)
Proses manufaktur yang ramah lingkungan yaitu proses manufaktur yang direncanakan dan di eksekusi dengan mengurangi resiko dan dampak negatif pada lingkungan. Proses manufaktur yang ramah lingkungan yaitu, pengurangan sumberdaya (reducing), daur ulang (recycling), pemulihan produk dan material (product and material recovery), penggunaan kembali (reuse), pengelolaan persediaan (inventory management) dan perencanaan dan pengendalian produksi (production planning and scheduling).
 
3. Reverse logistic 
 Reverse logistic merupakan lawan dari tradisional/forward logistic. Memperpanjang supply chain dengan memasukan isu-isu seperti produksi kembali (re-manufacturing process), daur ulang (recycling), dan pembaharuan kembali (refurbishing) menambahkan tingkat kerumitan pada rancangan supply chain yang telah ada sebagai tambahan untuk aturan baru menyangkut isu operasional dan strategi yang penting.

4. Pengelolaan limbah (waste management)
 Pengelolaan limbah dilakukan untuk mengurangi limbah berbahaya agar tidak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Pengelolaan limbah mencakup kegiatan pengurangan sumber daya, pencegahan polusi dan pembuangan.

Terdapat beberapa manfaat penerapan green supply chain management, yaitu:
  1. Peningkatan ekonomi melalui peningkatan efisiensi
  2. Keuntungan berkompetisi melalui inovasi
  3. Meningkatkan kualitas produk
  4. Memelihara konsistensi terhadap lingkungan
  5. Meningkatkan citra perusahaan
  6. Konservasi alam
  7. Pengurangan limbah
  8. Menghemat biaya
  9. Mengurangi jumlah zat-zat atau bahan berbahaya

GSCM sangat penting untuk kesuksesan implementasi dari industrial ecosystem dan industrial ecology. Semua aktivitas di sepanjang supply chain memiliki resiko dan dampak negatif terhadap lingkungan. Tujuan dari pengelolaan supply chain yang sadar lingkungan akhir dan sekarang dari semua produk dan proses dalam rangka melindungi lingkungan alam. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naniura

Peraturan Pemerintah Mengenai BTP - Bahan pemanis

Papeda