Pangan dan Globalisasi


Globalisasi memberikan efek yang signifikan pada perilaku konsumen. Semakin bertumbuhnya era globalisasi, semakin banyak jenis makanan yang ditawarkan, khususnya masuknya budaya mengonsumsi fast food. Hal tersebut tidak hanya terjadi karena masuknya jenis makanan fast food di Indonesia, namun oleh karena dorongan oleh iklan yang bermunculan.
Seperti yang diketahui bahwa junk food tidak baik dikonsumsi tiap hari. Hal tersebut tentu sudah diketahui oleh masyarakat, namun tetap saja konsumsi junk food tidak sedikit. Dari segi Pendidikan, sosial, budaya, mengatasi permasalahan ini tentunya dengan melakukan penyuluhan, mengatur diet atau pola makan, mengubah gaya hidup menjadi sehat, melakukan kampanye kesehatan. Dari segi ekonomi sosial, konsumen dapat memilih produk yang segar dan kualitas yang bagus. Kesejahteraan masyarakat perlu diperhatikan dengan cara mendorong gaya hidup yang lebih baik, baik dalam makanan, minuman, dan suplemen.

Masalah ini juga dibahas dalam jurnal yang berjudul The effect of fast foodglobalisation on student’s food choice (Ukonu, 2016). Hasil analisis mengungkapkan bahwa siswa akan memilih dan lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji daripada makanan buatan sendiri; ini mirip dengan beberapa penelitian tentang preferensi siswa untuk makanan cepat saji seperti yang menemukan bahwa sebagian besar mahasiswa lebih suka makanan cepat saji di Bangladesh; 98% adalah pelanggan tetap makanan cepat saji. 85% siswa Malaysia lebih suka mengonsumsi makanan cepat saji; 82% siswa UK mengkonsumsi makanan cepat saji. Perbandingan lebih lanjut membuktikan bahwa lebih banyak laki-laki daripada perempuan lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan cepat saji daripada makanan buatan sendiri. Mengingat bahwa laki-laki kurang terkait dengan memasak, mereka mungkin condong ke arah mengkonsumsi makanan cepat saji daripada rekan-rekan perempuan mereka. Membandingkan konsumsi makanan cepat saji mingguan siswa dan preferensi mereka lebih lanjut mengungkapkan bahwa semakin banyak responden yang setuju bahwa siswa lebih memilih makanan cepat saji daripada makanan buatan rumah yang mengkonsumsi makanan cepat saji 4-6 hari seminggu. Secara konklusif siswa umumnya lebih suka makanan cepat daripada makanan buatan sendiri. preferensi siswa untuk mengkonsumsi makanan cepat saji dapat meningkatkan konsumsi makanan yang tidak seimbang oleh orang dewasa muda; oleh karena itu, kebutuhan untuk mendidik dan menginformasikan segmen populasi ini adalah sangat penting. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa menyadari implikasi negatif dari makanan cepat saji pada kesehatan namun, konsumsinya tidak bisa dihindari.
Maka itu masalah globalisasi pada pangan, khususnya pada kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji bukan hanya permasalahan di bidang Pendidikan dan orang tua saja, namun pemerintah juga seharusnya turun tangan dalam aspek regulasi mengenai junk food dan pembatasan rumah makan junk food agar tidak terlalu banyak dalam suatu daerah. Sehingga diharapkan jika konsumsi junk food menurun dengan menurunnya jumlah rumah makan junk food.

Komentar

  1. Hi kak,

    Perkenalkan saya merlyn dari situs HL8 ingin menawarkan kerjasama dalam bentuk program affiliasi dimana anda bisa mendapatkan keuntungan komisi 40% flat dari kami setiap bulannya, Apabila anda tertarik silahkan hubungi kami di affiliate@hl8asia.com atau fb saya.

    Terima kasih atas perhatiannya

    merlyn

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naniura

Peraturan Pemerintah Mengenai BTP - Bahan pemanis

Papeda